Wednesday, February 29, 2012

Tongseng Steak, Yummy!



MENYANTAP tongseng daging kambing mungkin sudah biasa. Namun, jika menyantap tongseng daging sapi, bisa dianggap tidak lazim.

Dari ketidaklaziman itu, warung makan di Wirosaban, tepatnya sebelah barat RSUD Jogja justru menyajikan menu yang aneh. Sebab, menu istimewa dari warung Java Steak itu memadukan steak Eropa dengan masakan Jawa, yakni tongseng steak, mangut steak, gule steak, dan brongkos steak.

“Pertama kali melihat menu yang disedikan, saya tertarik dengan tongseng steak. Setelah mencoba, rasanya ternyata enak. Daging sapinya lembut, tepung yang menutupi daging juga terasa bumbunya. Kuah yang ada dalam steak juga mantap,” urai Santosa, pembeli di Java Steak ketika ditemui di Jalan Tritunggal No 9 A Sorosutan Umbulharjo, Yogyakarta, Selasa (28/2/2012).

Senada juga dikatakan Pudjianto. Ia yang mencoba menu brongkos steak sempat meminta tambahan kuah pada porsinya. “Saya suka makan brongkos. Di warung ini ada brongkos steak, enak sekali rasanya. Kulit melinjo yang dicampurkan dalam steak tidak mengurangi brongkos aslinya,” sahutnya.

Sementara, pembuatan menu-menu perpaduan antara lidah Eropa dan Jawa itu juga tidak jauh berbeda dengan pembuatan steak pada umumnya. Hanya saja, bahan utama dari potongan daging sapi ditumbuk agar lembek dan lebih halus. Setelah itu, daging dimasukan dalam adonan tepung yang dicampur dengan telur. Kemudian, adonan digoreng hingga matang.

Tempat untuk meletakan steak juga dipanasi dengan api kompor. Setelah semua adonan masak, baru aneka makanan jawa, seperti kuah mangut, kuah tongseng, kuah gule, dan kuah brongkos dicampur dalam steak. Irisan kentang goreng, wortel, kacang panjang, dan cabai menambah aneka menu Java Steak indah untuk disajikan.


Okezone.com

Monday, February 27, 2012

Alasan Wine Harus Diputar Sebelum Diminum



ANDA pasti sering melihat atau bahkan melakukan gerakan memutar gelas sebelum mulai meneguk wine. Sebenarnya, apa alasan wine harus diperlakukan demikian?

Pencinta satu ini menganggap bahwa meminumnya bak sebuah pengembaraan. Merasakan setiap tegukannya sama dengan mengajak setiap indera untuk bekerja. Berkelana mencari rasa terbaik, maka teknik menikmatilah yang akhirnya menjadi kunci.

Bila Anda kerap melihat para penikmat wine memutar-mutarkan gelas seraya menciuminya kemudian, itulah kunci menikmati wine. Ini bukanlah sekadar gaya-gayaan ataupun ingin mencari sesuatu yang berbeda saat mengonsumsi sebuah minuman, tapi bertujuan untuk memungkinkan terjadinya proses aerasi pada wine.

"Tujuannya untuk memasukkan oksigen ke dalam cairan. Kita cium cairan tersebut, dengan desain gelas yang sedemikian rupa sehingga hidung bisa masuk bejana (gelas wine-red) dan aroma itu bisa kita nikmati secara penuh. Aroma pun keluar ke udara, mulai 'bangun' dan mengeluarkan jati diri sesungguhnya," jelas Eddy Sugiri, sommelier dan pemilik The Peak Connoisseurs pada acara wine tasting di G.H. Universal Hotel, Jalan Setiabudhi 376, Bandung, baru-baru ini.

Mengakrabi dunia yang masih terasa asing bagi sebagiain orang, wine dipahami Eddy mirip deskripsi kemolekan tubuh wanita. Sebab, wine bicara tentang aroma, after taste (perasaan berlalu setelah meneguknya, juga rasa rindu karena kehilangan), hingga finishing.

"Dunia yang berhubungan dengan proses, untuk orang yang mencintai sesuatu sedalam-dalamnya, mengembara untuk mengenal semakin jauh. Wine adalah dunia pengembaraan," lugasnya.

Sebagai bentuk petualangan yang semakin jauh, Eddy menyarankan untuk penikmat wine pemula mengawalinya dari wine ringan (encer dan tidak pekat) atau white wine daripada red wine yang lebih berat dan wine berumur lebih muda sebelum menikmati wine berusia tua. Ada pula pengembaraan menikmati wine yang kini mulai disukai yakni blind tasting.

Selama blind tasting, penikmat wine tidak boleh melihat label dan bentuk botol serta memakai gelas berwarna gelap untuk menutupi warna wine. Mereka kemudian diminta menjawab daerah asal, harga, warna, umur, dan sebagainya dari wine yang dinikmati.

"Itu pengembaraan yang menyenangkan," tutupnya.

Okezone.com

Sunday, February 26, 2012

Sukses Mengolah Sayap Ayam






KALAU bosan mengonsumsi olahan paha dan dada ayam, Anda bisa mengeksplorasi bagian lainnya seperti sayap ayam. Proses memotong menjadi salah satu kunci kesuksesan.

Sebelum membuat olahan sayap ayam, penting untuk Anda mendapatkan sayap ayam segar. Sesampainya di rumah, segera cuci sayap ayam agar bakteri serta kumannya bisa hilang.

Anda mungkin malas memotong sayap ayam lantaran dipandang sulit, padahal mudah saja. Langkah pertama, potong bagian ujung sayap paling kecil, jangan buang bagian ini karena bisa Anda olah menjadi kaldu ayam. Demikian seperti dilansir Yumsugar, Jumat (24/2/2012).

Selanjutnya, Anda potong bagian sayap ayam, pisahkan bagian paha pada sayap (drummette) dari bagian tengah sayap. Gunakan pisau tajam, potong secara perlahan, dan jangan terburu-buru agar tidak merusak bagian daging lainnya.

Setelah semuanya terpisah menjadi tiga bagian, yaitu ujung sayap paling kecil, bagian tengah sayap yang membentuk datar, serta bagian paha kecil (drummette), Anda pun bisa mengolahnya sesuai selera.






Okezone.com

Friday, February 24, 2012

Trik Aman Makan Durian

ANDA suka durian tapi takut kesehatan terganggu setelah menyantapnya? Ketakutan itu sebetulnya tak perlu muncul kalau Anda tahu trik aman mengonsumsi durian.


Sebagian orang kerap merasakan pusing setelah menyantap durian. Rasa pusing itu bisa jadi karena konsumsi yang berlebihan. Ingat, selain vitamin dan mineral yang baik untuk tubuh, durian juga mengandung alkohol. Alkohol inilah yang kerap disebut sebagai penyebab orang pusing alias mabuk durian.

Nah, untuk menghindari hal itu, Anda bisa mengonsumsi buah manggis setelah menyantap durian. Zat yang ada di dalam buah manggis mampu menetralkan kondisi tubuh kita yang sudah dipenuhi zat-zat dari durian.

Minum air putih. Namun, airnya harus terlebih dulu dituang ke kulit durian, baru diminum sesuai kebutuhan. Cara ini diyakini secara turun-menurun mampu menetralkan zat dalam tubuh setelah menyantap durian.

Begitu juga kalau Anda ingin bau durian tak menempel lama di tangan. Basuh tangan dengan air dari kulit durian, setelah itu baru cuci pakai sabun. Dijamin, tangan Anda akan terbebas dari aroma durian.


Okezone.com

Thursday, February 23, 2012

Kopi Tubruk Wangi plus Singkong Bawang di Ruang Pembebasan

Secangkir kopi tubruk dan singkong goreng yang empuk memang pas untuk teman nongkrong di warung yang satu ini. Sedangkan nasi goreng dengan irisan escargot terasa unik saat dinikmati bersama kriuk-nya emping goreng. Slurpp... sedep tenan!!




Pertemuan saya dengan Warung Darmin ini sebenarnya atas rekomendasi seorang teman. Kebetulan lokasi kantor yang tak jauh dari sana membuat saya memutuskan mampir di suatu sore. Apalagi melihat kondisi jalanan Warung Buncit yang sangat padat, wah... bayangan bersantai menikmati secangkir minuman panas terasa sungguh menggoda.

Warung Darmin yang berlokasi di Jl. Duren Tiga ini masih tergolong gres. Tempatnya persis sebelum Hotel Kaisar jika berkendara dari arah Mampang. Bagian depan tertutup pohon-pohon bambu yang rimbun memang membuat papan nama warung ini - "Warung Darmin" Rumah Kopi, Ruang Pembebasan - sedikit mengintip dari arah jalan raya.

Dibalik pohon-pohon bambu terdapat meja-meja bundar plus kursi kayu rotan mengingatkan saya akan rumah jadoel jaman dahulu. Suasana adem dan homey langsung menyergap saya dan memberikan rasa nyaman saat menghenyakkan diri di salah satu kursi. Di bagian dalam juga ada sebuah meja panjang yang ditujukan bagi pengunjung yang khusus ingin menikmati minuman saja.

Hujan gerimis mulai turun saat saya mulai memesan menu. Karena masih t baru, warung ini belum memiliki buku menu. Pengunjung dapat memilih menu makanan yang ditulis di dinding dengan kapur berwarna. Buat saya tampilan 'menu di dinding' itu justru tampak lebih menarik.

Untuk hidangan utama hanya ada nasi goreng escargot yang spesial, sop buntut, spaghetti goreng pedes escargot, dan mi goreng/kuah Jowo. Sedangkan camilannya berupa pisang goreng, singkong goreng garlic, lumpia goreng, aneka sandwich, dan sayam ayam. Berhubung hanya datang berdua saya memilih kopi tubruk dan teh, singkong goreng garlic untuk camilan, dan seporsi nasi goreng escargot yang bikin penasaran.

Minuman - kopi tubruk dan teh tubruk - disajikan terlebih dahulu dengan cangkir-cangkir putih persolen. Terus terang awalnya saya membayangkan bakal disodorkan minuman dalam gelas kaca layaknya di warung kopi pada umumnya, sehingga menambah kental kesan jadoel dan santai yang sudah dipancarkan dari suasana Warung Darmin ini.

Kekecewaan saya ditebus dengan kehadiran seporsi singkong goreng yang tampak mak nyuss... kalo kata Pak Bondan. Singkongnya digoreng garing kecoklatan dengan taburan cacahan bawang putih goreng sehingga harum aromanya plus saos sambal sebagai pelengkap. Sedangkan nasi gorengnya disajikan dengan porsi cukup besar dan warna yang cokelat pucat.

Nasi goreng escargot ini dilengkapi pula dengan acar dan emping goreng. Irisan escargot yang cukup besar-besar mengintip disela-sela butiran nasi dan telur orak-arik. Escargot sebenarnya adalah sajian daging bekicot yang populer di Perancis. Saat disuapkan ke dalam mulut, hmm... nasi goreng ini rasanya boleh juga. Escargot-nya cukup empuk dan serasi disandingkan bersama nasi goreng yang gurih.

Untuk menemani kopi tubruk yang berupa kopi hitam kental ini saya mencomot sepotong singkong goreng. Bagian luarnya yang garing gurih, kontras dengan bagian dalamnya yang empuk. Sensasi aroma bawang putih goreng makin membuat singkong ini terasa lebih enak. Jika suka, bisa juga mencocolkan singkong ke saos sambal yang sudah disediakan. Kalau saya lebih suka menikmatinya begitu saja tanpa tambahan apapun. O ya, teman saya pun memuji teh legit dan kental yang diminumnya. Slurppp... hangatnya teh ketal wangi tersebut memang pas dinikmati saat hujan-hujan seperti ini.

Saat pulang saya cukup membayar Rp 42.500,00 setelah dipotong diskon 15%. Nasi goreng escargot dihargai Rp 20.500,00 dan Rp 9500,00 untuk singkong goreng garlic. Sedangkan untuk kopi tubruk plus tambahan creamer Rp 12.500,00 dan Rp 7500,00 untuk teh tubruk. Sayang sore itu ternyata saya tidak beruntung menemukan sosok Alex Komang - artis senior sekaligus sang pemilik warung ini. Moga-moga lain kali kalau mampir bisa bertemu.

dikutip : detik.com

Wednesday, February 22, 2012

Empuk Sedap Sate Kambing Hot Plate

Buat penggila sate kambing, racikan sate kambing asli Tegal tentu sudah tak asing. Di warung sate ini, sate kambing disajikan tanpa aroma kambing yang tajam. Disajikan panas mengepul sampai tusukan terakhir.



Kalau bicara soal seta kambing, pastilah sate Tegal yang jadi jawara. Karena sejak dulu sate kambing dari daerah ini memang terkenal empuk, bebas lemak dan bau. Hal ini disebabkan karena kambing muda yang brusia 3 bulan – 5 bulan yang dipakai sebagai bahan sate.

Istilah yang sering dipakai dalam warung sate kambing Tegal adalah batibul (di bawah tiga bulan) dan balibul (di bawah lima bulan). Warung sate Tegal asli biasanya memang memasang istilah ini sebagai jaminan mutu, daging kambing bakal empuk dan bebas aroma tajam.

Karena itu saat saya melintasi warung sate Tegal mungil ini saya langsung ingat dengan warung sate Tegal bu Rita di daerah Kebon Nanas Tangerang dan ternyata warung ini merupakan cabang dari warung bu Rita yang sudah tersohor enak satenya.

Seperti lazimnya warung sate kambing, daging kambing segar tampak digantung dalam lemari kaca kecil. Di sisinya ada talenan besar tempat para egawai memotong daging kambing dan menusukinya dengan tusukan bambu. Jadi, dijamin sate kambing dibuat dari daging kambing yang segar bukan dari kulkas.

Aroma wangi asap sate dari panggangan panjang di depan warung benar-benar jadi daya pikat. Warung ini ditata dengan lapisan anyaman bambu di dinding plus kursi plastik sederhana. Daftar menunya juga sederhana, pilihannya sate kambing, sate ayam, sop dan gulai kambing.

Gulai kambingnya kekuningan, tidak terlalu kental dengan isian potongan iga, sayatan kecil daging plus lemak kambing. Rasanya gurih enak dengan aroma wangi kayumanis dan cengkih. Dagingnya juga empuk gurih tanpa aroma tajam daging kambing.

Yang menarik, saat sate kambing disajikan, ditata rapi di atas hot plate alias piring panas. Hmm..sebuah terobosan jitu buat penggemar sate kambing. Karena tak usah khawatir sate bakal membeku lemaknya karena dingin. Dijamin tetap hangat sampai tusukan terakhir.

Sate ini berisi potongan daging, lemak dan hati kambing yang dipanggang kecokelatan tanpa olesan bumbu. Jadi tampilannya nyaris agak pucat tidak kecokelatan atau kemerahan. Justru ini menandakan daging kambing muda yang dipakai untuk satenya.

Saat dicelupkan dalam kecap manis yang sudah diaduk dengan sambal rawit merah dan dikucuri air jeruk nipis, rasanya jadi makin enak, gurih segar. Buat pembilas lemak, teh poci atau teh poci gula batu dari bubuk teh poci yang sepet wangi! Teh wangi dari daerah Slawi Tegal yang tersohor menjadi pasangan pas untuk menyantap sate kambing ini.

O ya, kalau tak suka sate kambing ada juga sate ayam. Harga yang dipatok juga tidak mahal. Sate kambing Rp. 18.000,00 per porsi, sate ayam Rp. 14.000,00, gulai kambing Rp. 9.000,00

dikutip : detik.com

Tuesday, February 21, 2012

Kakak Tude yang Bernama Oci


Jakarta - Sarang Oci hanyalah salah satu di antara banyaknya resto Manado di Jakarta. Tetapi, sekalipun tempatnya cukup jauh di pinggiran Jakarta Barat sana, resto yang satu ini punya berbagai "simpanan" juara yang perlu diperhitungkan.

"Simpanan"-nya yang pertama adalah sesuai dengan nama resto: Sarang Oci. Oci adalah semacam ikan kembung yang berukuran besar. (Di Manado, ikan kembung disebut tude. Jadi, oci adalah kakaknya tude). Artinya, dibanding dengan resto-resto Manado lain yang menyajikan ikan tude, maka Sarang Oci punya ikan yang lebih besar dan mantap. Seperti layaknya ikan kembung, oci pun cocoknya digoreng atau dibakar, kemudian disajikan dengan rica atau sambal yang khas dan pedis sangat.

Berbeda dengan Sarang Oci di Manado sana yang berfokus pada hidangan dari ikan oci, di Jakarta Sarang Oci ternyata meluaskan menu-nya ke berbagai hidangan seafood lainnya. Tetapi, sesuai juga dengan namanya, semua sajian itu masih "diikat" dalam budaya kuliner Manado.

Oci bakar atau goreng dihargai Rp 12 ribu saja per ekor. Sedangkan tude yang lebih kecil dihargai Rp 11 ribu. Jangan lewatkan hidangan istimewa dari resto ini, yaitu ekor tenggiri bakar dan sirip pari bakar.

Ekor tenggiri bakarnya (Rp 55 ribu) mengingatkan saya pada sajian sebuah rumah makan seafood populer di Pangkalpinang. Bedanya hanya pada cocolan saus yang disajikan. Bila di Pangkalpinang merupakan sambal fusion Melayu-Tionghoa, di SO (Sarang Oci) disajikan dengan rica yang pedis atau saus SO (versi rica yang kurang pedis).

Sirip pari bakarnya (Rp 35 ribu) juga harus diuji. Yang ini mengingatkan saya pada sajian populer di Malaysia. Sambalnya pun mirip, sekalipun yang di Malaysia sana memakai blacan (trasi) yang lebih menonjok. Dagingnya lembut, dan tidak ada aroma pesing seperti layaknya ikan pari yang diproses secara salah.

Sebagai pendamping ikan bakar – juga tersedia udang, ayam, dan berbagai jenis ikan bakar lainnya (termasuk cakalang, baronang, goropa) – yang paling cocok adalah tumis bunga pepaya (Rp 22 ribu). Pesan juga perkedel milu (bakwan jagung) yang sungguh renyah dan gurih (Rp 14 ribu). Bila sedang musim, di sini juga tersedia perkedel nike (semacam teri endemik dari Danau Tondano).

Makanan Manado lain yang diandalkan SO adalah tinutu'an alias bubur Manado, ikan kuah asam, dan minuman pendampingnya adalah es lemon cui. Pencuci mulutnya adalah es brenebon. Juga ada es brenebon durian yang jempolan.

SO juga menyediakan berbagai jajanan khas Manado seperti balapis, lalampa, panada, klappertaart, dan lain-lain. Untuk wilayah Jakarta Barat, Sarang Oci adalah salah satu pilihan untuk masakan Manado andalan.

Sarang Oci Resto Manado
Jl. Panjang 99, Arteri Kelapa Dua
Jakarta Barat
021 5329791


detik.com

Monday, February 20, 2012

Coto Nona-nona dari Mangkasara

Apa bedanya soto dengan coto? Pertanyaan ini memang sangat sering dikemukakan. Katanya, kalau soto pakai daging sapi, sedangkan coto pakai daging capi. He he he ... Sebenarnya, jawabnya sederhana: coto adalah soto-nya orang Makassar.

Secara umum, soto di Indonesia adalah kuah gurih segar dengan potongan daging – kadang-kadang ditambah dengan sayuran (kol, tauge) dan karbohidrat (kentang, singkong, soun). Kuahnya ada yang bening, ada juga yang kental bersantan.

Di Sulawesi Selatan, coto adalah ikon kuliner yang utama. Orang Makassar juga punya "juara coto" mereka masing-masing. Ada yang fanatik dengan Coto Nusantara (Jl. Nusantara, kawasan pelabuhan), ada pula yang keukeuh menjagoi Coto Gagak (di Jl. Gagak, pojokan Jl. Kakatua). Padahal, selain itu masih banyak sekali warung coto dengan kualitas yang beti (beda-beda tipis). Tergantung lokasinya dan tingkat popularitasnya, semangkuk coto rata-rata berkisar pada harga Rp 8-12 ribu. Semakin murah, semakin sedikit dan rendah kualitas daging yang dipergunakan.

Coto Mangkasara' tidak memakai santan. Kuahnya encer, tetapi berwarna keruh, dibuat dari kaldu sapi dan kacang tanah yang direbus sangat lama sampai hancur. Rempah-rempah yang jelas terjejaki adalah ketumbar, diperkuat dengan bumbu-bumbu: sereh, lengkuas, bawang putih, dan bawang merah. Rasa kacang tanah membuat coto sungguh-sungguh unik dan berbeda dibanding soto Nusantara lainnya.



Coto hanya berisi daging. Tidak ada sayur maupun karbohidrat di dalamnya. Umumnya, yang dipakai adalah daging dan jerohan sapi: babat, jantung, limpa, usus. Untuk versi istimewa, kadang-kadang otak, lidah, dan daging pipi pun diikutsertakan.

Para warga keturunan Tionghoa di Makassar juga punya dua warung coto yang mereka jagokan. Soalnya, kedua warung itu memang kepunyaan orang keturunan Tionghoa juga. Karena itulah, coto buatan mereka pun lazim disebut sebagai "Coto Nona-nona". Jangan harap akan ketemu nona muda yang cantik di belakang tungku coto, karena keduanya kebetulan sudah lama berubah status menjadi nyonya.

Dari keduanya, yang paling terkenal adalah Coto Ranggong. Rumah makannya pun cukup luas untuk dapat menampung sekitar 50 tamu. Coto Ranggong memakai flat price Rp 15 ribu per mangkuk – apapun isinya. Pakai otak maupun daging saja, harganya sama.

Coto Diponegoro lebih kecil warungnya, dan hanya buka sampai petang. Soalnya, sore harinya warung itu diisi oleh penjaja lain. Mungkin karena merasa lebih eksklusif keberadaannya di kawasan Chinatown Makassar, Coto Diponegoro mematok harga lebih mahal, Rp 17.500 per porsi – juga flat price, apapun isinya.

Coto Ranggong maupun Coto Diponegoro – keduanya lebih mahal dibanding coto umumnya – punya karakteristik yang hampir sama, yaitu: dagingnya lebih berkualitas, dan kuahnya lebih encer karena kandungan lemaknya lebih rendah. Ada kesan bersih pada kuahnya yang gurih segar itu. Keduanya juga memakai isian lengkap dengan otak, lidah, dan jeroan sapi lainnya.

Kuah coto biasanya masih harus ditambah sedikit garam, kucuran jeruk nipis, dan sedikit sambal. Masing-masing tamu menyesuaikan sendiri tingkat keasinan, keasaman, dan kepedasan coto mereka. Karbohidrat pengiring coto adalah ketupat atau buras. Buras adalah semacam lontong, dibuat dari beras dan santan, dibungkus daun pisang muda. Ketupat atau buras dipotong-potong dengan sendok dan dicemplungkan ke dalam mangkuk coto. Mak nyuss!
dikutip : detik.com

Sunday, February 19, 2012

Eits, Jangan Buang Batang Pisang


BATANG pisang sering kali teronggok begitu saja menjadi barang tidak berguna. Namun bagi masyakarat Lombok , batang pisang bisa menjadi makanan lezat bernama ares.

Ares merupakan makanan khas Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, yang memiliki rasa cukup unik. Meskipun diolah bersama santan, saat dimakan ares akan terasa manis di lidah.

"Ares memang makanan khas Lombok Tengah. Jadi, awalnya saat daerah Lombok , khususnya Lombok Tengah merasakan krisis moneter, masyarakat bingung mau makan apa. Akhirnya dicobalah mengolah batang pisang. Bagian bonggolnya untuk makanan sapi sedangkan batangnya dibuat makanan," ucap Titi Sumali (35), salah seorang penjual ares saat ditemui okezone di Kawasan Kuta Beach , Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, baru-baru ini.

Cara pembuatannya, batang pohon pisang terlebih dahulu dikupas hingga menyisakan sedikit bagian dalamnya. Pastikan batang pisang yang dipakai adalah batang pisang yang belum memiliki bunga. Inilah yang akan diolah menjadi ares. Iris-iris tipis, beri garam, diremas-remas, dicuci bersih, lalu siap diolah.

Bumbu yang digunakan mirip menu kare, yakni ketumbar, jintan, lengkuas, bawang putih, bawang merah, jahe, kemiri, dan kunyit. Haluskan semua bumbu lalu tumis, dan bila sudah harum, tambahkan santan kental. Masukkan garam dan gula sesuai selera rasa, lalu masak hingga matang atau sekira 15 menit.

"Bisa juga bisa ditambahkan daging, tapi sebaiknya jangan beri penyedap karena rasanya akan menjadi aneh," ujarnya.

Perhatikan batang pisang yang akan digunakan sebab ares haruslah memiliki rasa manis alami sebagai ciri khasnya.

"Lebih enak pisang batu atau pisang gepok yang rasanya manis, pisang yang lain agak sepat. Pilih batang pisang segar dan pilih belum berbunga," tutupnya.


Okezone.com

Friday, February 17, 2012

Cotoletta alla Milanese



Jakarta - Sebagai penggemar masakan Italia, tentulah saya tidak akan melewatkan setiap resto di Jakarta yang menyajikan jenis kuliner yang satu ini. Pesto Autentico di UOB Building adalah salah resto Italia yang sudah cukup punya nama.

Ditata dengan dekor minimalis, yang paling saya sukai dari Pesto Autentico adalah keteguhannya memegang tradisi Italia dengan menu yang berstruktur: antipasti, primi, secondi, contorni, dan dolci. Jangan lewatkan untuk juga menyimak menu spesial yang biasanya ditulis di papan tulis.

Sebetulnya, tawaran Pesto untuk setiap tahap sajian itu cukup straightforward. Ini menyenangkan, sehingga tamu dapat langsung berfokus kepada beberapa pilihan menu. Bukannya dibingungkan memilih dari daftar menu yang terlalu luas.

Untuk antipasti, yang dapat dipilih adalah: prosciutto con melone (Rp 35 ribu), bresaola (Rp 45 ribu), atau antipasti all'italiana (Rp 79 ribu), yang berporsi besar dan dapat di-share bersama-sama. Beberapa salad dapat dipilih dengan kisaran harga Rp 39-45 ribu. Dari sisi anggaran, resto yang berpenampilan sleek ini cukup ramah harganya.

Di "departemen" primi piatti, pasta dan pizza-nya cukup lengkap, dengan harga antara Rp 42-79 ribu. Beberapa jenis pasta yang jarang ditemukan di resto lain – seperti bucatini, chiarra (hand-rolled spaghetti), dan gnocchi – tersedia setiap hari di Pesto.

Untuk makan siang ringan, saya memesan Cotoletta alla Milanese (Rp 69 ribu). Sajian ini sebetulnya sangat mirip dengan sajian yang lebih kita kenal, yaitu: Wienerschnitzel. Irisan tipis daging sapi muda digoreng dengan tepung panir. Bedanya, Wienerschnitzel biasanya disajikan dengan nasi (wild rice), sedangkan Cotoletta disajikan dengan kentang goreng.

Di Pesto, porsinya berisi dua lembar daging goreng tepung. Digoreng dengan ketepatan panas dan waktu yang bagus, sehingga bagian dalamnya masih juicy. Kondimennya hanya seiris lemon. (Please, usahakan jangan menambah Tabasco atau saus tomat). Karbohidratnya adalah beberapa potong kentang goreng (wedges). Top markotop!

Bila secondo dirasa tidak cukup mengenyangkan porsinya – khususnya bila tidak memesan primo – maka dapat dipesan contorni (side dish), seperti: terong, bayam, jamur (Rp 15 ribu). Kabarnya, masakan domba di Pesto (medaglioni d’agnello al rosmarino) juga mati-mati-mesti-coba.

Karena berlokasi di sebuah bangunan perkantoran, tentu saja Pesto harus menyajikan berbagai minuman segar nir-alkohol untuk makan siang. Andalan Pesto adalah flavored ice tea (Rp 35 ribu), antara lain: peach, pink lychee, mango, lemon caramel. Harus coba Pesto Signature, yaitu jahe dan lemon dicampur air soda. Sungguh menyegarkan!

Bila alkohol tidak menjadi masalah bagi Anda, Pesto menyediakan berbagai jenis anggur, bir impor (Corona, Hoegaarden, Erdinger, Leffe Blonde, dll.), dan juga flavored beer dari Teisseire.

Diam-diam saya sudah menyimpan "dendam" untuk datang lagi mencicipi menu spesialnya: Bistecca alla Fiorentina – bistik yang dibuat dari satu kilogram daging iga porterhouse (Rp 780 ribu). Setidaknya, sudah dipastikan saya harus membawa teman untuk dapat "menyempurnakan" porsi raksasa itu.

Pesto Autentico
UOB Building, UG Floor
Jl. MH Thamrin 10
Jakarta Pusat
021 29937230

Cotoletta alla Milanese


Detik.com

Thursday, February 16, 2012

Kari Kambing Mak Nyuss di Ganesha

 Salah satu restoran yang menyajikan masakan India dengan kualitas yang patut diacungi jempol. Tatanan dekornya maupun tata suaranya pun kuat mencuatkan nuansa India.



Ganesha bukanlah restoran India paling mak nyuss di Jakarta. Tetapi, belakangan ini, sejak Gwen (anak kami) menjadi vegan, kami jadi agak terlalu sering makan siang di sini – karena tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah Gwen. Apalagi karena anak-anak Gwen (Saffron dan Gael) pun sangat menikmati masakan India. Hidangan vegetarian yang harus dipesan bila singgah ke Ganesha adalah terong yang dimasak mirip mousaka, aloo gobhi (dari kol kembang), dan palak paneer (bayam dan keju). Jangan lewatkan dhal (semacam sup kental dari lentil) yang dicocol dengan naan (roti yang dibakar di dalam kuali tandoori).

Bagi pemakan hewan, sajian juara di restoran ini adalah berbagai protein yang dibakar tandoori, misalnya: paneer tika, chicken tika (daging ayam tanpa tulang), chicken tandoori (1 ekor = Rp 120 ribu), seekh kebab, prawn tandoori. Hampir semua yang dibakar tandoor terlebih dulu dilumuri yoghurt dan bumbu-bumbu khas India.

Rogan josh (kari kambing) di Ganesha berkualitas mak nyuss! Karena dimasak berdasar pesanan, tingkat kepedasannya dapat disesuaikan. Misalnya, bila ada anak-anak, boleh ditambah tomatnya lebih banyak. Dagingnya sangat empuk, tetapi masih bertekstur. Kuah kentalnya sungguh sangat gurih, disantap dengan nasi dari beras basmati yang bertekstur khas.

Jangan lupa, bila Anda penggemar nasi briyani yang lezat, kualitas sajian ini di Ganesha pun cukup layak uji. Semua ini ditutup dengan pencuci mulut yang manis dan mulus: gulab jamun atau rasmalai. Acha, acha, Maharaj!

Ganesha juga menyajikan wine bagi para tamu yang ingin menikmati sajian to the fullest. Sambil menunggu hidangan siap dimasak – karena semuanya dimasak sesuai pesanan (a la minute) – para tamu dapat bermain biliar atau catur dulu. Di Ganesha saya sering melihat ibu-ibu arisan, juga keluarga-keluarga menyelenggarakan acara ulang tahun. Jangan lewatkan Sunday Brunch (hanya di BRI II, 30 macam masakan, Rp 120 ribu) atau Saturday Lunch Parantha Feast yang hanya dibandrol Rp 90 ribu. Juga tersedia layanan pesan antar. (Bondan Winarno)
dikutip ; detik.com

Wednesday, February 15, 2012

Belida Goreng Plus Es Kacang Merah Racikan Wong Kito

Selain beragam jenis pempek, resto ini juga menyediakan beragam hidangan khas Palembang. Pempeknya lembut dengan rasa ikan yang kuat, sedangkan ikan belida digoreng garing dengan balutan daun pandan harum. Makin enak saat dicocol sambal terasi dan ditutup semangkok es kacang merah yang sugerrr!

Penggemar masakan wong kito galo pastinya sudah tak asing dengan restoran Sari Sanjaya. Belum lama ini saat berkunjung ke kawasan Alam Sutera, saya melihat sebuah bangunan besar di area Flavour Bliss 2 - yang merupakan perluasan dari Flavour Bliss 1. Sejak beberapa tahun terakhir ini kehadiran Flavour Bliss memang mengundang kedatangan sejumlah penikmat kuliner untuk mampir ke area yang memang khusus berisi berbagai jenis restoran ini.

Sepengamatan saya, Sari Sanjaya di Alam Sutera inilah yang terbesar dibanding dua outlet lainnya yang sudah lebih dahulu hadir. Di bagian depan pengunjung bisa bersantap di area outdoor tetapi karena siang itu cuaca panas menyengat saya dan teman-teman lebih memilih untuk bersantap di bagian dalam sejuk ber-AC.

Di bagian kanan ditaruh etalase dan meja panjang tempat menaruh aneka camilan. Ada berbagai kue-kue khas Palembang yang sudah menggoda mata. Ada kue 8 jam, srikaya, masuba, choipan, talam ubi, aneka gorengan, rujak buah dan masih banyak lainnya. Karena tempat bersantap cukup luas saya pun dapat leluasa memilih tempat duduk.

Makanan yang ditawarkan di buku menu benar-benar komplet. Hampir semua menu khas Palembang selain pempek tentunya tersedia. Ada sekitar 12 jenis pempek, tekwan, model, burgo, celimpungan sampai sambel tempoyak yang jarang ditemui. Sedangkan pepes dan pindangnya juga komplet, ada yang memakai ikan patin, ikan gabus, ikan seluang, ikan baung, ikan lais, ikan sale, tulang iga, dll. Waduh semua serba menggiurkan!

Untuk pempek pilihan jatuh pada pempek telor kecil, pempek tahu, dan pempek pistel (isi serutan pepaya) kegemaran saya. Pempeknya disajikan dalam piring kecil plus semangkok cuko. Pempeknya berukuran sedang digoreng kecoklatan dan dipotong dua sehingga memudahkan menyantapnya.

Bagian luarnya sedikit garing sehingga memberikan sensasi krenyes saat disantap. Saat disantap tanpa cuko hmm... terasa lembut gurih dan mudah dikunyah. Cukonya berwarna cokelat nyaris kehitaman dengan sambal yang mengendap di bagian bawahnya. Rasa pedasnya cukup mengigit lidah saya dan kentalnya cuko sangat pas buat saya. Huahh... asam dan pedas-pedas enak!

dikutip : detik.com

Tuesday, February 14, 2012

Itiak nan Jauh di Mato

Masakan bebek memang sedang naik daun. Para peternak bebek sampai kewalahan memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat yang semakin menggandrungi bebek. Tetapi, sebagian besar masakan bebek yang kini populer, sebetulnya merupakan masakan kreasi baru. Tidak banyak masakan tradisional yang memakai bebek sebagai protein utama.



Salah satu dari yang sedikit itu adalah Gulai Itiak Lado Mudo. Dalam bahasa Indonesia: Gulai Itik atau Gulai Bebek Cabe Hijau. Ini adalah masakan khas dari Kotogadang, dekat Bukittinggi, Sumatra Barat.

Di Kotogadang, pada awalnya, gulai bebek ini hanya muncul sebagai hidangan istimewa pada Hari Raya Idul Fitri. Gulainya tidak disantap dengan nasi, melainkan dengan katupek katan (ketupat dari ketan yang dimasak dengan santan). Hmm, lamak bana!

Menurut beberapa informasi yang saya peroleh, penggunaan istilah lado mudo merupakan "rahasia inti" daripada sajian ini. Ada jenis cabe yang memang tetap berwarna hijau sekalipun sudah mencapai tingkat usia tua. Jenis cabe ini mempunyai sengatan pedas maupun aroma yang khas. Bukan jenis cabe ini yang dipergunakan untuk membuat Gulai Itiak Lado Mudo. Melainkan jenis cabe merah yang dipetik ketika masih muda dan masih berwarna hijau. Cabe muda ini pedasnya tidak seberapa menggigit, dan aromanya pun lebih harum.

Karena daging bebek dikenal lebih liat dibanding daging ayam, maka proses memasaknya akan menentukan apakah nanti hasilnya adalah daging bebek yang empuk dan lembut. Pemasakannya dilakukan dua tingkat. Yang pertama adalah dengan cara membakar (tepatnya mengasap) bebek di atas bara arang. Jarak antara sumber panas dan bebek harus cukup jauh agar tidak menjadi hangus. Cara ini akan membakar semua bulu halus bebek, selain juga mulai mematangkan dagingnya pelan-pelan agar tetap empuk.

Setelah pengasapan, bebek dicampur dengan semua bumbu yang sudah dihaluskan, dan proses memasak pun dilanjutkan di dalam kuali. Dengan api yang kecil dan pemasakan yang cukup lama, bumbu-bumbu akan meresap ke dalam serat-serat daging bebek.

Di Jakarta, cukup banyak penjual makanan ini – dan tersedia setiap hari – khususnya di lepau-lepau yang berderet di sepanjang Jalan Kramat Raya. Mereka umumnya adalah penjual nasi kapau. Di Bukittinggi, menurut saya, yang terbaik adalah dari RM Ngarai. Lokasinya memang di Lembah Ngarai nan indah itu. Jadi, sambil menyelam minum air. Sambil bertamasya ke Lembah Ngarai, menyantap Gulai Itiak Lado Mudo nan lamak bana. Onde mande!

Sekalipun namanya gulai, tetapi Gulai Itiak Lado Mudo ini sama sekali tak bersantan. Minyak yang tampak pada masakan adalah sisa lemak itik yang mencair selama proses pemasakan. Dengan cabe hijau dan bumbu-bumbu lain, menguarlah aroma yang sungguh membuat kita selalu terkenang dan mendambakan masakan istimewa yang satu ini.

Karena proses pembuatannya yang cukup intensif, Gulai Itiak Lado Mudo dapat dibuat sekaligus banyak, kemudian dibekukan dan disimpan dalam freezer. Tinggal dikukus kembali bila ingin disantap kapan saja. Soalnya, Bukittinggi kan jauh di mato? Jangan sampai menetes air liur karena damba tak sampai.

dikutip : detik.com

Monday, February 13, 2012

Santap Romantis di Bulan Gelap

Satu restoran baru lagi muncul di ufuk Jakarta. Namanya: Luna Negra. Logonya bergambar rembulan gelap. Karena salah seorang pemiliknya adalah artis, Becky Tumewu, tak heran bila restoran ini pun langsung menjadi happening.

Tampilan Luna Negra sangat mirip dengan restoran-restoran papan atas yang bermunculan di Jakarta dalam beberapa tahun terakhir ini. Menyediakan wine dan minuman beralkohol, menyajikan masakan bergaya Eropa (termasuk menu non-halal), dan berpenampilan smart casual. Social House, Decanter, Cork & Screw dan lain-lain - punya "formula" yang kurang-lebih sama. Banyak restoran serupa di Singapura yang juga mirip-mirip itu penampilannya. Semuanya mencoba menjaring kelas sosial young urban professionals.

Begitu masuk Luna Negra, view yang langsung "menghadang" adalah sebuah meja bar panjang dari pualam putih bergurat abu-abu. Di sinilah para tamu mendinginkan sol sepatu sambil menunggu teman maupun pasangan, sambil minum segelas dua, sebelum kemudian melangkah ke ruang makan.

Sesuai namanya, Luna Negra menampilkan banyak items Italia dalam menu-nya. Di papan terlihat sekitar 35 jenis pizza - dari Rp 58-139 ribu. Di kartu menu, tercantum sekitar 17 jenis pasta - dari Rp 49-89 ribu. Salah satu pasta istimewa adalah fettuccine dengan seekor kepiting utuh.

Selain menu yang berstruktur Italia – antipasti, primi piatti, secondi piatti, contorni, dan dolci - tampak juga berbagai sajian Asia dan Spanyol. Kalau Anda hanya ingin cemal-cemil, barangkali dua pilihan tapas gaya Spanyol boleh dicoba. Atau, dimsum model Hong Kong (rata-rata Rp 20 ribu).

Sebetulnya, apa yang ditampilkan Luna Negra tidak terlalu beda dengan sajian restoran serupa lainnya. Tetapi, Luna Negra memberi sentuhan khusus yang membuatnya istimewa. Contohnya adalah Pan-seared Tuna yang umum disajikan berbagai resto modern. Filet tebal tuna di taburi wijen semua sisinya, kemudian di-pan-seared dengan minyak zaitun keempat sisinya sampai agak crusty. Ketika diiris menjadi beberapa sayatan tipis, masih tampak bagian tengahnya merah seperti sashimi.

Di Luna Negra, irisan tuna ini ditata di atas salad yang terdiri atas: lettuce, ruccola, jeruk, dan pear - kemudian disiram dengan saus cuka apel. Di atasnya ditaburi kacang mede sangrai yang ditumbuk kasar. Sungguh unik dan mengesankan.

Luna Negra juga menampilkan beberapa items yang dapat disantap bersama-sama (shared, makan tengah). Misalnya seafood paella (saffron rice gaya Spanyol, Rp 600 ribu), seafood in tomato sauce (lobster dan berbagai ikan, mirip cioppino, Rp 600 ribu), dan porterhouse steak 1 kilogram (gaya bistecca alla fiorentina) - yang dapat disantap bertiga atau bahkan berempat.

Pencuci mulutnya adalah berbagai dolci alla italiana, seperti: panna cotta, creme brulee, maccaroon semifreddo, melone con vin santo, dan lain-lain. Favorit saya adalah yang disebut terakhir: cantaloupe (melon kuning) bulat-bulat diguyur vin santo yang sepet-sepet manis.

Dengan interior yang cozy, Luna Negra sungguh cocok untuk santap malam romantis berdua. Happy Valentine's Day.

dikutip : detik.com

Sunday, February 12, 2012

Pizza Renyah dengan Aroma Oregano yang Menawan

Tidak mudah menemukan pizza yang memuaskan selera di Indonesia. Bagi saya, pizza yang cocok dengan lidah saya adalah pizza dengan roti (crust) yang tipis, garing, dan renyah, dengan topping yang tidak terlalu berat.

Belum lama ini, ketika berjalan-jalan di Plaza Senayan, di bagian menuju tempat parkir di belakang – semula merupakan bagian yang menjual mebel dan dekor rumah – ternyata kini ada dua tempat kafe yang cukup happening. Yang satu bernama Monologue, sebuah kedai kopi casual yang tampak sudah punya tamu tetap. Yang satu lagi, tepat di seberangnya, adalah sebuah kafe yang menyajikan masakan casual Italia. Luca.

Tempatnya ditata secara minimalis. Cozy. Cocok untuk bersantai sambil "cuci mata" memandangi pengunjung Plaza Senayan yang banyak lalu-lalang di lintasan ini.


Daftar menu-nya tidak terlalu luas, tetapi cukup lengkap dalam arti mulai dari appetizers (antipasti), piring pertama (pasta, risotto), piring kedua (sajian utama), dan pencuci mulut (desserts). Di bagian antipasti (Rp 38-56 ribu) terdaftar beberapa favorit saya, antara lain: carpaccio, bresaola with melon, bruschetta, dan caponata.

Caponata adalah masakan khas Sicilia terbuat dari terong. Tetapi, di Italia juga ada capponata (dengan dua "p") yang artinya adalah seafood salad.

Untuk piring pertama (primi piatti) tampak ciri khas De Luca yang tampaknya memang menekankan pada sajian ringan. Tampaknya, hidangan jenis ini pulalah yang disukai para pelanggannya. Pilihannya adalah: pasta (Rp 52-78 ribu), risotto (Rp 68-72 ribu), dan pizza (Rp 56-78 ribu).

Bagi yang memerlukan porsi yang lebih mantap, De Luca ternyata juga menyajikan bistecca alla fiorentina yang terkenal itu. Tetapi, bila di Florence sana bestiknya memakai daging yang seberat setengah kilo lebih, di sini hanya berukuran 150 gram saja (Rp 128 ribu). Cukuplah untuk porsi icip-icip.

Saya memesan Bresaola Pizza (Rp 78 ribu). Bresaola adalah daging mentah yang diawetkan dengan cara membubuhkan garam dan diangin-anginkan sampai kering (air dried) selama 2-3 bulan. Biasanya, sebelum diproses untuk dikeringkan, daging mengalami proses pembuangan lemak (defatting) agar tidak menjadi tengik (rancid).

Biasanya, daging yang dikeringkan menjadi bresaola adalah daging sapi dan daging kuda. Daging kering ini kemudian disayat setipis kertas dan siap dimakan. Bisa dimakan dengan dililitkan pada seiris melon sebagai appetizer. Bisa juga dimakan sebagai pelapis roti.

Aroma oregano yang sangat cantik datang mendahului pizza pesanan saya. Pizza-nya persis seperti yang saya ingini. Rotinya tampak tipis dan garing. Topping-nya pun tidak berlebihan. Tampak olesan tipis saus tomat dan selapis lelehan keju. Beberapa lembar breasola ditebar di atasnya.

Aroma yang menggoda itu sungguh melengkapi citarasa yang mendekati kesempurnaan. Mak nyuss! Crust-nya renyah. Rasa oregano terjejaki pada saus tomatnya yang lezat. Seporsi pizza ini saya habiskan tanpa merasa bersalah karena kekenyangan. Porsi yang sungguh tepat untuk makan siang santai di tengah pekerjaan lain yang masih harus diselesaikan.

dikutip : detik.com

Friday, February 10, 2012

Melacak Kelezatan Steak Legendaris

Di rumah steak ini bukan hanya suasana tempo doeloe yang terpelihara tetapi juga rasa hidangannya. Irisan daging sapi di atas hotplate, disiram saus cokelat buatan sendiri yang gurih wangi. French fries, setup wortel dan brokoli melengkapi beef steak ini. Dinner rolls yang lembut beraroma mentega pun menjadi penyempurna tampilan steak legendaris ini!



Kalau mau makan steak di Jakarta memang tidak sulit. Banyak resto menawarkan menu barat ini. Dari kelas premium steak house berbintang lima sampai dengan steak ala warung kaki lima. Namun, siang itu menuruti selera, saya justru ingin menikmati steak gaya tempo doeloe.

Sebenarnya yang saya ingin cicipi kembali adalah mama bread dan dinner bread dari Gandy Bakery yang berlokasi di kawasan Menteng. Roti mama yang lembut dengan olesan mentega yang manis gurih memang tak pernah ada duanya di tempat lain. Demikian juga dengan dinner bread yang panjang, lembut dengan tonjokan aroma mentega yang kuat.

Bakery ini ada di sebelah kanan, tepat di depan tangga di dalam Gandy Steak House & Modern Bakery ini. Di bagian atas, terdapat restoran yang siang itu lumayan dipadati pengunjung. Meskipun ditambah dengan berbagai jenis roti baru, mama bread, dan dinner bread, serta choco bread tetap tersedia, dengan kemasan berwarna merah hijau seperti dulu.

Rumah Steak yang ada sejak tahun 1980 ini nyaris tanpa perubahan tampilan interiornya. Nuansa hitam dengan pelayan berompi hitam merah masih tampil seperti saat dulu saya sering mampir untuk makan bersama keluarga. Desisan hotplate yang berisi steak disiram saus, menguapkan asap beraroma mentega yang haurm gurih. Hmm.. sangat menggelitik!

Melihat tampilan daftar menu, terasa ada berbagai perubahan yang dilakukan. Untuk steak ada pilihan daging sapi US, Australia, Wagyu dan lokal. Pilihan sajian khas Jepang juga mulai dimasukkan seperti shabu-shabu, dan teriyaki. Jadi, tak harus makan steak komplet ala Barat tetapi makan gaya resto Jepang pun tersedia.

O, ya Salad Bar kini juga ada di sisi resto ini. Ada beragam pilihan bahan salad yang bisa diracik sendiri seperti tomat, jagung manis, timun, paprika, kentang, tauge alfafa,lettuce dan racikan salad seperti salad pasta, salad smoked beef dan salad kentang. Menu ini bisa diambil sendiri dan diracik sesuai selera di mangkuk mungil yang tersedia.

Sebelum steak disajikan disajikan 2 buah dinner bread dengan satu cup kecil mentega. Rotinya lembut, halus dan hangat. Makin enak saat dicocol mentega. Steak ala Gandy yang saya pesan disajikan di atas hotplate. Steak tidak dibawa pelayan tetapi ditaruh di atas trolley dan didorong. Saus akan disiramkan saat akan ditaruh di atas meja.

Satu piring sedang berisi french fries, setup wortel dan brokoli dan irisan tomat, disajikan untuk pelengkap steak ini. Potongan daging agak tebal, disajikan dengan irisan jamur merang disiram dengan saus cokelat. Saus ini memang kahs racikan Gandy, berwarna cokelat, dengan rasa mentega dan kaldu sapi yang kuat. Saya menduga ini adalah gravy daging yang diberi mentega sehingga sangat gurih enak dengan rasa daging yang kuat.

Daging sapinya empuk dengan aroma merica yang cukup kuat, saat dicocol dengan saus terasa makin gurih lembut. Beberapa irisan jamur merang yang kenyal ditaruh di bawah steak. Tak jauh berbeda Steak Combo yang dipesan teman saya. Steak ayam dan ikan yang disajikan dalam satu hotplate ini dibalut tepung panir dan digoreng kering.

Irisan jamur dan saus cokelatpun melengkapi sajian steak ini. Irisan daging ayam dan ikan yang tak terlalu tebal terasa empuk gurih. Aksen rasa gurih dan aroma merica yang teak berlebihan membuat steak ini terasa enak. Bagian dalam daging ayam yang tak terlalu kering juga terasa sangat gurih enak.

Terus terang sajian dengan rasa klasik ini mampu memupus rindu makanan masa lalu. Apalagi saat pulang, saya sempat membeli mama bread dan dinner bread favorit ibu saya. Sayang sekali kini tak ada bakcang yang besar penuh berisi daging dan ongol-ongol yang kecokelatan legit!

dikutip : detik.com

Thursday, February 9, 2012

Rawon Nguling Tersohor Hingga Presiden SBY



PENGGEMAR kuliner Jawa Timur pasti tidak asing dengan nasi rawon. Di Pasuruan, Jawa Timur, ada sebuah warung nasi rawon yang tersohor hingga ke Presiden SBY.

Bila kebetulan kendaraan Anda mengarah dari Surabaya menuju Probolinggo, rasanya kurang afdol jika tidak mampir mencicipi nasi rawon di Warung Nguling. Dinamakan rawon nguling karena berlokasi di Desa Nguling, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan.

Salah satunya warung yang dikelola Hajah Nikmah (39). Warung ini diwariskan dari neneknya yang telah dirintis 70 tahun lalu dan kini tidak henti-hentinya dikunjungi pembeli. Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah dua kali mengunjungi tempat ini untuk menikmati rawon nguling.

Menurut pembeli, rasa rawon yang disuguhkan sangat khas, sedap, dan kuahnya tidak kental sehingga berbeda dengan rawon lainnya. Lebih nikmat lagi, ada perkedel, tempe, dan dagingnya empuk.

Untuk membuat makanan khas Jawa ini tidaklah sulit. Awalnya, bumbu berupa cabe merah, bawang merah, bawang putih, kemiri, daun jeruk purut, dan laos dihaluskan. Setelah halus, bumbu dimasak hingga matang.

Namun untuk mempunyai rasa khas, bumbu dimasak dengan tungku yang menggunakan kayu bakar. Setelah itu, bumbu dimasukan ke panci yang telah diisi air. Tak ketinggalan diberi kluwek dan daging yang dipotong-potong kecil.

Meski hanya berjualan nasi rawon, usaha Hajah Nikmah tergolong sukses hingga omsetnya ratusan juta rupiah per bulan. Maklum, warung ini juga membuka cabang di Jakarta , Bogor , Surabaya , Malang, dan Kepulungan, Gempol dengan harga satu porsinya Rp20 ribu. Anda penasaran?




Jaka Samudra- Sindo TV

Wednesday, February 8, 2012

Berburu Tahu Kok Hingga ke Milan

Ternyata bukan Milan di Italia. Melainkan Mi Lan. Begitulah warung ini bernama. Dan, adanya tahu kok di warung ini pastilah mengindikasikan bahwa masakan yang disajikan adalah khas Bangka.



Rumah makan ini berlokasi di kawasan restaurant row-nya kompleks perumahan Green Ville di Jakarta Barat. Banyak rumah makan berderet-deret. Bahkan, yang menyajikan masakan khas Bangka di sini tidak hanya diwakili oleh Mi Lan. Hebatnya, Mi Lan tidak hanya ramai oleh para tamu yang makan di tempat (dine in), melainkan juga mereka yang pesan bungkus untuk dibawa pulang, maupun untuk layan antar (delivery).

Di bagian depan, tampak proses pembuatan serabi khas Bangka, dimasak di atas cobek tanah liat, sehingga menghasilkan aroma dan tekstur yang khas. Sebetulnya, serabi seperti ini ada di mana-mana di antero Nusantara. Serabi khas Bangka memakai dua jenis kinca (saus manis), yaitu: kinca durian, dan kinca pandan. Kualitas serabi kinca durian Mi Lan (Rp 10 ribu per porsi isi dua) harus diacungi jempol. Mak nyuss!

Serabi dari tepung beras ini terasa mulus, lembut, dengan kinca durian yang menyemburatkan sedikit aroma tempoyak. Sungguh cantik dan tepat untuk snack di sore hari. Kudapan lain yang disarankan adalah ketan durian, sagu gunting, otak-otak, pempek, laksa, dan lain-lain. Jangan lupa, pempek khas Bangka memakai saus cuka campur tauco.

Sajian lain yang saya puji dari Mi Lan adalah lempah. Ini adalah masakan yang sangat mirip asam pedas di Riau, pindang di Palembang, maupun tom yam di Thailand. Di Bangka dikenal dua jenis lempah, yaitu lempah darat dan lempah laut. Mudah ditebak, lempah darat isinya sayur, sedang lempah laut pasti dengan ikan laut. Di Mi Lan, lempah yang ditawarkan memakai ikan tenggiri atau ikan pari. Aroma blacan (trasi) menguar lembut, menguatkan citarasa gurih-asam-pedas yang sungguh memukau. Nanas manis-asam yang diiris tipis menambah kesegaran kuahnya. Lempah tenggiri dan ikan pari dibandrol Rp 30 ribu per porsi besar.

Jangan lupa, bila sedang musim kulat pelawan di Bangka sana, di Mi Lan pun dapat dipesan lempah kulat ayam yang sungguh menggoyang lidah. Kulat pelawan adalah jamur yang tumbuh di pohon pelawan. Jamurnya hanya tumbuh setahun sekali. Biasa dijual dalam keadaan kering. Rasanya sangat khas. Kenyil-kenyil!

Makanan khas Bangka yang ditawarkan antara lain adalah: tahu kok (bakso tahu), tahu cau (tahu pong/goreng), ikan masak kuah sereh, ikan pari masak cabe. Maaf, juga tersedia berbagai makanan non-halal khas Bangka, seperti: lapchiong, samcan, cukiok pit, khew nyuk, songsui, chaw koi cip, dan lain-lain.

Karena menyajikan berbagai masakan sarapan, Mi Lan buka sejak pukul 7 pagi hingga 9 malam. Ayo, berangkat!
dikutip : detik.com

Tuesday, February 7, 2012

Masakan Jepang Gaya Rumahan

Di Indonesia, belum banyak yang mengenal Ootoya, sekalipun resto Jepang ini sudah punya lebih dari 240 gerai di seluruh Asia (Jepang, Taiwan, Thailand, Hong Kong, Singapura). Gerai waralaba ini sudah berusia lebih dari 50 tahun, dan punya segmen pasar tersendiri.

Bagi mereka yang sudah mengenalnya, Ootoya adalah destination untuk mendapatkan masakan autentik Jepang yang bergaya rumahan, sayuran organik/hidroponik, sehat dan bergizi, tanpa additives, rendah lemak, dan kebanyakan bahannya dibuat sendiri. Salah satu contoh bahan buatan sendiri adalah tahu-nya yang memang sangat istimewa dan khas.

Tahu homemade buatan Ootoya ini lembut seperti yoghurt. Lebih lembut dibanding tahu sutra, dan tidak ada kenyalnya – mudah hancur. Ini justru menjadi penanda yang paling jelas dari absennya bahan-bahan kimian yang sering dipakai untuk memberi tekstur firmness pada tahu.

Untuk dapat menikmati tahu khas Ootoya ini, menu favorit saya di sini adalah Kimuchi Nabe (Rp 82 ribu). Nabe adalah masakan berkuah yang dihidangkan panas dengan isi tahu, sayur, dan berbagai protein (bisa daging, seafood, dan lain-lain). Kimuchi – seperti kita duga – adalah kimchi alias sawi yang difermentasikan dalam cabe dan cuka.

Seporsi Kimuchi Nabe – tanpa nasi – bagi saya sudah merupakan porsi yang pas. Di dalamnya ada beberapa iris tipis daging sapi seperti yang umumnya dipakai dalam sukiyaki atau shabu-shabu, dan telur ayam setengah matang. Kuahnya yang asam pedas sangat cocok dengan lidah Indonesia.

Kimuchi Nabe juga bisa disantap dengan nasi putih. Di Ootoya, harus pesan nasi yang unik – memakai topping rumput laut hijiki. Penggunaan rumput laut hijiki – bukan nori – memberi sentuhan home-cooking yang khas Ootoya.

Masakan dengan kimchi lainnya yang disediakan Ootoya antara lain adalah Kimuchi-don (Rp 75 ribu), dan Kimuchi Tei (Rp 65 ribu). Donburi (semangkuk nasi dengan topping lauk) di Ootoya bisa dipesan bagi mereka yang terburu-buru dan makan secukupnya. Ada yang pakai lauk tuna, ayam, atau daging sapi. Sajian cepat lainnya adalah curry rice (Rp 42 ribu) dan curry udon (Rp 45 ribu).

Anda ingin mencoba natto – kedelai yang difermentasi sampai hampir busuk dan berlendir yang khas itu? Di Jepang sendiri, natto jarang hadir di restoran. Maklum, aroma dan teksturnya sangat khas dan memerlukan pembelajaran untuk dapat menyukainya (acquired taste). Semangkuk kecil natto (Rp 15 ribu) dikucuri sedikit soya (kecap asin), siap dimakan sebagai pendamping atau lauk nasi hijiki.

Hidangan populer di Ootoya adalah Oyako Jyu (Rp 68 ribu) – ayam panggang disajikan dalam bento box dengan berbagai side dishes. Bila ingin ayamnya digoreng dengan tepung panir, namanya Chicken Katsumi (Rp 78 ribu). Boleh juga dicoba Ponzu Burg-nya yang unik. Ini adalah burger pattie yang disajikan dengan saus ponzu (seperti yang dipakai untuk shabu-shabu).

Ah, Anda penggemar soba (mi dingin khas Jepang)? Ootoya adalah tempatnya untuk mencicipi soba istimewa sajian reso ini. Homemade soba-nya lembut dan mulus, disajikan dengan kuah tuna yang gurih. Bila umumnya soba disukai orang dewasa – karena juga memerlukan acquired taste – di Ootoya ternyata soba justru banyak dipesan anak-anak.

Di Jakarta, Ootoya juga hadir di Plaza Indonesia (021 39838252). Kecenderungan makan sehat di kalangan masyarakat Indonesia pasti akan memberi ruang yang lebih besar bagi Ootoya.

dikutip : detik.com

Monday, February 6, 2012

Bersantap di Markas Ninja Jepang yang Misterius

 Berpakaian tertutup dan serba hitam, membawa pedang, serta bergerak dengan lincah. Inilah ninja. Agen Jepang misterius ini mungkin hanya bisa kita lihat di film atau cerita fiksi. Namun, di Taiwan, Anda dapat bertemu dengan ninja jago masak.

Ya, ninja yang satu ini memang pandai memasak makanan a la Jepang. Ia bekerja di restoran 'Ren Zhe' atau 'Ninja' di ibu kota Taiwan, Taipei. Restoran berlantai 3 ini menyajikan pengalaman makan unik dengan suasana misterius a la Jepang kuno.

Di sini, semuanya serba ninja. Bagian depan restoran ditutupi dengan batang-batang bambu. Terlihat ada patung ninja yang sedang merayap di dinding. Saat Anda masuk ke dalam, Anda akan melihat air terjun. Ketika Anda mengucapkan kata rahasia, gerbang di balik air terjun akan terbuka dan Anda bisa masuk ke area makan. Ajaib!

Anda akan diantar ke dalam restoran temaram, ditemani oleh pelayan berkostum merah hitam a la ninja. Di daftar menu ada sushi, sashimi, sup, nasi goreng, dan makanan Jepang lainnya. Ternyata penyajiannya pun a la ninja! Nasi goreng dibentuk bintang bersudut empat, khas senjata ninja. Skewer atau sejenis sate disajikan dengan ditemani sebilah pedang.

Sambil makan, Anda akan disuguhi macam-macam atraksi sulap menarik. Misalnya, staf restoran tiba-tiba memunculkan api di atas telapak tangan mereka, entah dari mana asalnya. Selain itu, salah satu pelayan wanita akan berkeliling dan mengajak pengunjung bermain. Jika si pelanggan kalah, ia akan dipukul dengan senjata bohongan. Tapi jika ia menang, ada minuman gratis sebagai hadiahnya.

Menurut salah satu pengunjung, rasa makanan di sini biasa saja. Harganya pun relatif mahal untuk ukuran Taiwan. Per orang bisa menghabiskan sekitar Rp 200 ribu. Menurut manajer restoran, harga makanan dan minuman di sini disesuaikan dengan target pengunjung, yaitu pegawai kantoran. Wajar saja, restoran ini terletak di tengah kepadatan kota.

Ou Chia-wei dan istrinya, sang pemilik restoran, merancang konsep a la ninja ini tanpa bantuan desainer. Mereka menghabiskan biaya Rp 4 miliar lebih. Selain restoran Ninja yang berkapasitas 150 orang ini, mereka juga memiliki restoran bertema rumah sakit di Taiwan.

Ternyata, di negara lain ada pula restoran yang bernama dan bertema ninja, yaitu Ninja Akasaka di Jepang dan Ninja New York di Amerika Serikat.

dikutip : detik.com

Sunday, February 5, 2012

Kepala Ikan Bakar Rica Super-Pedis dari Airmadidi

 Kata "rica" seakan wajib senantiasa lekat pada masakan-masakan lezat dari Minahasa. Rica sendiri sebenarnya berarti cabe atau lombok. Jadi, cabe-kah yang menjadi "senjata pamungkas" untuk membuat masakan-masakan Minahasa yang lezat?



Salah satu masakan rica yang legendaris dan seringkali ditenteng sebagai oleh-oleh ke Jakarta adalah kepala ikan bakar rica dari RM Sukur Jaya di Desa Sukur, Airmadidi. Rumah makan di luar kota ini sangat populer dan selalu dicari penggemarnya. Akhirnya, sejak beberapa tahun yang lalu, rumah makan ini membuka cabangnya di Megamas, kawasan rekreasi dan belanja paling elite di Manado.

Sajian utama RM Sukur Jaya adalah kepala ikan kakap yang dibakar dengan bumbu rica. Kepala ikan yang berukuran paling kecil dibandrol Rp 37,5 ribu. Porsi ini cukup untuk dimakan satu orang dengan tingkat kelahapan normal. Kalau mau yang lebih mantap, harus pesan yang porsi besar dengan harga Rp 40-45 ribu. Tetapi, bila makan berdua, sebaiknya memesan kepala ikan yang berukuran super, dengan harga antara Rp 80-100 ribu. Mantaaapfff!

Kepala ikannya hanya sebelah. Jadi, dapat dibayangkan betapa besar ukuran ikan kakap hidupnya. Setelah dibersihkan, dikucuri lemon cui (limau kasturi, lemon cina), kepala ikan ini dibakar di atas arang tempurung kelapa. Setelah setengah matang, lumuran tebal rica tumbuk (sambal) dioleskan ke seluruh permukaan kepala ikan, dan terus dibakar sampai matang.

Kepala ikan bakar rica super-pedis ini dijamin membuat kepala berkeringat dari ubun-ubun. Daging-daging berlemak yang menempel pada tulang-tulang kepala itu langsung lepas begitu dicabik. Dagingnya gurih, manis, dengan balutan sambal pedas yang gurih. Mak nyuoosss! Sadap, jo!

Sekali coba, langsung jadi sakauw alias ketagihan. Semua yang pernah mencicipi kepala ikan bakar rica ini pasti kembali lagi untuk menikmatinya lagi dan lagi.

Pendamping yang tepat untuk kepala ikan bakar rica ini adalah bunga pepaya tumis atau paku (pakis) tumis. Bila ingin ikan yang lebih berdaging, silakan pesan bobara (ikan kuwe) atau garopa (kerapu) bakar. Cumi bakarnya juga juara.

Kalau alergi ikan atau tidak suka ikan, satu-satunya non-seafood yang dapat dipesan di sini adalah ayam woku blanga – masakan yang harum dan lezat favorit saya. Tetapi, karena ayam jarang dipesan di rumah makan ini, bahan baku ayamnya disiapkan dalam keadaan beku, sehingga memerlukan waktu sekitar setengah jam untuk menghidangkan sajian ini.

dikutip : detik.com

Friday, February 3, 2012

Meracik Sendiri Mi dan Nasi Goreng Fresh From The Wok

Ingin menikmati quick lunch bermenu sederhana seperti nasi, mi, udon, bihun atau kwetiaw? Di sini, semuanya bisa diracik sendiri. Mau pakai telur, sayuran, bakso, daging sapi dengan bumbu juga bisa. Sreng... sreng... jadi dalam sekejap di depan Anda!

Wok Inn adalah sebuah restoran mungil yang ada di jejeran kafe-kafe dan restoran yang ada di Epicentrum Walk. Tempatnya mungil, sederhana dengan tatanan kursi-kursi dan meja kayu plus sebuah counter kecil. Di bagian luar terdapat satu dua meja bagi yang ingin bersantap di luar area resto.



Di Wok Inn pengunjung harus memesan makanan mereka di counter dan kemudian membayar. Di papan menu terbagi jadi 3 bagian atau step. Pesanan menu diracik berdasarkan pilihan pengunjung, tidak ditentukan oleh sang koki. Inilah yang jadi ciri khas di resto ini. Sambil memesan sesekali bau harum masakan yang lezat pun mampir mengelitik hidung dari wajan.

Menunya tergolong sederhana. Di papan menu tertulis langkah-langkah dalam memesan, mulai dari "Step1" hingga "Step3". Wah, seru juga! Step pertama, pengunjung bisa memilih bahan utama makanan seperti nasi, mi, kwetiaw, bihun, atau udon. Untuk harga tersebut ditawarkan Rp 19.500,00 dan Rp 23.000,00.

Nah, "Step 2" berupa pilihan buat mereka yang ingin memesan tambahan topping seperti fish ball, daging sapi, daging ayam, udang, brokoli, dll. Kalau tidak mau juga tidak masalah, karena makanan yang dipesan semuanya sudah ditambahkan telur dan sayuran. Langkah terakhir, barulah memilih jenis saus yang diinginkan. Wok Inn menawarkan 5 jenis saus pilihan seperti Spicy Java Sauce, Oyster Sauce, Curry Sauce, Tdan Tom Yam Sauce.

Pilihan kami jatuh pada kombinasi mi plus spicy java sauce dan tambahan topping shiitake mushroom. O ya, jika suka bisa juga memesan kombinasi makanan lainnya. Contohnya seperti memadukan brokoli dan bokchoy dengan beef steak sebagai bahan paduan dengan saus tiram.

Sambil menunggu saya menikmati jus unik 'Foco' yang terdiri dari kombinasi mangga dan markisa yang rasanya asam segar! Sementara suara wok alias wajan yang diketuk ketuk plus bau wangi bawang dan daging menguap menjadi latar yang menggoda selera di resto ini.

Mi saus Jawapun disajikan dengan orsinya cukup besar. Hmm..benar-benar mengepul panas... fresh from the wajan. Hmm... aromanya gurih sedap! Minya memakai mi hokkian yang kenyal, sedangkan paduan bahannya lumayan royal. Irisan tipis shiitake mushroom, telur, sawi dan daun bawang.

Penampilan minya cukup menggoda, warnanya sedikit kecoklatan dan tidak terlalu pedas meski saya memilih saus Spicy Java. Teksturnya kenyal enak dan tidak kering melainkan sedikit nyemek alias basah wah... pas dengan selera saya. Kalau suka bisa ditambahkan sedikit acar timun, wortel, dan rawit yang tersedia di meja. Rasanya lebih segar dan pedas mengigit. Huahh... enak!

Brokoli yang ditumis dengan beef steak ini porsinya ternyata cukup besar sehingga bisa juga disharing untuk berdua. Saat dipadukan dengan mi rasanya sangat serasi. Apalagi si brokolimasih krenyes renyah. Sedangkan irisan fillet beefnya empuk dengan balutan saus tiram yang gurih enak.

Untuk kombinasi mi plus shiitake mushroom dihargai Rp 31.500,00 dan Brokoli plus beef steak Rp 34.500,00. Untuk makan malam atau sekedar quick lunch, rasanya Wok Inn bisa jadi alternatif pilihan yang pas buat pengisi perut apalagi jika disantap berdua atau bertiga.

dikutip : detik.com

Thursday, February 2, 2012

Bercucuran Keringat Ditonjok Ayam Taliwang

Buat penyuka pedas boleh menjajal lidah Anda di resto yang menyajikan menu khas Lombok yang serba pedas ini. Ada ayam seraten dan ayam plecing yang empuk namun bikin lidah menari-nari kepedasan. Siap-siap saja menyeka keringat yang bercucuran!



Pondok Sekarbela yang terletak di seberang lapangan bola Blok S ini menyajikan aneka masakan tradisional khas Lombok. Pastinya makanan Lombok memang terkenal dengan menu-menunya yang serba pedas. Saya yang penyuka pedas ini pun merasa tertantang saat diajak untuk bersantap di sini.

Beberapa meja plus sofa-sofa memanjang ditaruh di sudut yang merapat ke dinding, selebihnya kursi dan meja-meja biasa. Menu andalan di resto ini adalah Ayam Sraten. Tetapi karena ingin mengetahui perbedaan Ayam Seraten (Rp 28.000) dan Ayam Pelecing (Rp 30.000), akhirnya saya memutuskan memesan keduanya dengan porsi 1/2 ekor dan tingkat kepedasan sedang dan pedas.

Untuk ayam bisa dipesan baik per potong, 1/2 ekor, atau 1 ekor. Namun berhubung memakai ayam kampung yang kecil, maka porsi pas untuk menyantapnya adalah porsi 1/2 ekor untuk per orang. Seporsi plecing kangkung (Rp 10.000) dan tempe goreng (Rp 9.000) turut melengkapi hidangan malam itu.

Selain itu ada pula beberapa menu khas Lombok yang bisa dijumpai seperti Beberuk, yaitu terong yang dipotong-potong dan diberi bumbu berupa ulekan cabai rawit, bawang, dan tomat. Lalu ada Sate Pusut, Kime-Kime Daging Sapi, Rajang Ayam, dan beberapa paket bersantap untuk dua dan empat orang.

Akhirnya hidangan tiba dengan penampilan yang menggugah selera. Ayam pelecing disajikan dengan lumuran bumbu yang royal plus irisan jeruk nipis dan lalapan. Begitu pula dengan ayam seraten meski bumbunya tidak seroyal ayam pelecing namun hmm... tak kalah memikat selera. Wah, rasanya makin mantap saat dinikmati tanpa sendok alias dengan memakai tangan.

Kedua ayam ini memakai ayam kampung berukuran kecil. Tekstur dagingnya sangat empuk sehingga tak sulit mengoyaknya dengan tangan. Ayam pelecingnya disiram dengan sambal pelecing yaitu cabai rawit, tomat, dan sedikit terasi. Saat ayam plecing disuapkan ke dalam mulut huahh... pedasnya sambal langsung mengigit lidah.

Bahkan tempe goreng yang saya pesan tak mampu meredam gigitan si cabai rawit Lombok. Pasalnya tempe goreng tersebut juga dibalut tepung tipis renyah berbumbu cabai yang pedas-pedas enak. Rupanya sumber rasa pedas si ayam pelecing berasal dari cabai rawit kering lombok yang terkenal itu. Pantas saja puedesnya benar-benar nonjok... makin nikmat saat disuap bersama nasi putih hangat. Pokoknya dua jempol buat pedasnya si ayam pelecing!

Berbeda dengan ayam seraten dengan tingkat kepedasan sedang. Ayam yang satu ini dibakar terlebih dahulu, sehingga bumbunya lebih meresap dengan sensasi pedas-pedas manis yang enak. Untuk menemaninya pelecing kangkung jadi pendamping yang pas dengan sensasi krenyes kangkung yang renyah, tauge, serta kacang tanah yang enak.

Kali ini saya pun menyerah kepedasan dengan berbagai menu serba pedas di Pondok Sekarbela. Entah sudah berapa kali saya menyeka keringat yang bercucuran dan memesan minuman karena kesetrum pedasnya si cabai Lombok. Pokoknya buat mereka yang tidak suka pedas, jangan coba-coba memesan menu pedas di resto ini!
dikutip : detik.com

Wednesday, February 1, 2012

Blekuthak Hitam Top Markotop

Nasi jamblang adalah sajian khas Cirebon yang selalu dirindukan penggemarnya. Jamblang adalah nama sebuah desa di sebelah Barat Kota Cirebon. Di desa ini dulu ada seorang penjual makanan yang membungkus nasinya dengan daun jati agar tidak cepat basi. Lauknya sederhana: sambal goreng yang sungguh lezat, dengan berbagai masakan rumahan sederhana.

Bungkus daun jati kemudian menjadi default bagi sajian khas Cirebon ini. Herannya, tidak semua daun jati dapat dipakai sebagai pembungkus. Soalnya, daun jati dari daerah lain justru membuat nasi yang dibungkus berwarna semu kemerahan. Nasinya juga harus dingin dulu sebelum dibungkus. Bahkan, di warung-warung, bila nasinya tidak dibungkus, daun jati dipakai sebagai pengalas piring.

Pak Subur, yang membuka warung nasi jamblang di Jakarta, terpaksa mengalasi piring dengan daun pisang. Bila ada pesanan berskala besar yang mewajibkan penggunaan daun jati, Pak Subur harus "terbang" ke Cirebon untuk mencari daun jati.

Warungnya sendiri sangat kecil dan sederhana. Tidak ada tempat parkir untuk mobil. Kalau saya ke situ, biasanya saya parkir di Kantor Pos, dan menyeberang dengan jembatan penyeberangan. Jangan datang kesiangan, karena biasanya sekitar pukul 13 siang saja lauknya sudah tidak lengkap lagi.

Bagi saya – begitu juga teman-teman di Komunitas Jalansutra – Warung Pak Subur adalah nasi jamblang terbaik di Jakarta. Bagi saya, Pak Subur bahkan setara dengan nasi jamblang terbaik di dekat pintu masuk Pelabuhan Cirebon. Ciri utama nasi jamblang adalah sambal gorengnya yang istimewa. Beberapa penjual mencampur sambal gorengnya dengan hati atau daging sapi. Top markotop!

Dari semua lauk yang tersedia – tidak jarang sampai lebih dari 30 jenis, disajikan dalam cambung-cambung tertata berderet di meja – yang paling khas adalah blekuthak. Ini adalah semacam cumi-cumi yang bentuk tubuhnya tambun, dan dagingnya lebih kenyal. Dimasak dengan tinta hitamnya, blekuthak dengan nasi dan sambal goreng saja sudah membuat kita melayang di langit ke-sembilan.

Lauk lain yang harus dicoba adalah sayur daun singkong, perkedel, ikan tongkol masak pedas, ayam goreng, peyek udang, dan tempe orek. Pak Subur biasanya menyediakan sekitar 20 lauk setiap hari. Selalu berganti-ganti, sehingga kita selalu punya alasan untuk datang beberapa kali agar dapat lengkap mencicipi semua masakan berkualitas dengan harga murah meriah. Porsi Rp 10 ribu (nasi + blekuthak + sambal goreng) saja sudah cukup memuaskan. Apalagi kalau Anda siap membayar Rp 15-20 ribu. Pasti, kenyang pollll!

Sega jamblang, dimasak nganggo brambang. Abang bercambang, adik mabuk kepayang. He he he...

dikutip : detik.com

 
Photography Templates | Slideshow Software