Friday, March 9, 2012

Mencicipi Ikan Asin Portugis di Timor Leste



Jakarta - Di negara-negara Asia – seperti: Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand, China, dan lain-lain – ikan asin dari berbagai jenis ikan dapat dijumpai di pasar. Di Jepang pun ikan asin maupun ikan kering merupakan pemandangan sehari-hari.

Bagaimana halnya dengan negara-negara Eropa? Eh, ternyata ikan asin pun ada di sana. Khususnya di Portugal, Spanyol, dan Italia. Ikan asin yang paling populer di Eropa adalah bacalhau (dibaca: bakalyau) – yaitu ikan cod yang dikeringkan dengan garam. Bacalhau punya sejarah yang panjang bagi bangsa Portugis yang memang sejak dulu dikenal sebagai pengarung samudra.

Di masa lalu, mereka menangkap ikan cod di perairan Iceland. Dan karena belum ada teknologi pendinginan maupun pembekuan, pada waktu itu satu-satunya cara untuk mengawetkan adalah mengeringkannya dengan garam. Selain ikan cod-nya, telurnya pun dikeringkan dengan garam, dan acapkali muncul dalam sajian sehari-hari di Portugis sana. Dengan kata lain, bacalhau (ikan maupun telurnya) memang merupakan ikon kuliner khas Portugis.

Di Jakarta, agak sulit menemukan makanan Portugis, selain pada food festival yang telah beberapa kali diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Portugal di Jakarta. Ada juga beberapa gerai yang menawarkan masakan Portugal secara terbatas, misalnya Cosy yang menyajikan Macau's street food. Jadi, kalau ingin makan Portugis, salah satu alamat yang tepat adalah ke ke Timor Leste.

Masakan Portugis, ternyata, memang belum angkat kaki dari Dili, Timor Leste. Negara yang kini sudah merdeka itu masih mempertahankan kuliner pusaka Portugis sebagai bagian dari sejarah dan budaya mereka. Untuk jenis masakan ini, "perwakilan tetap"-nya di Dili adalah Vasco da Gama, sebuah restoran yang khusus menyajikan masakan Porto, dan diberi nama sesuai dengan nakhoda pengarung samudra dunia dari Portugis.

Restoran ini berlokasi di kawasan Motael, tidak jauh dari Gereja Katolik dan pastoran tua di Dili yang menghadap ke laut. Bila di restoran-restoran lain masakan Portugis sudah diadaptasi ke berbagai bentuk fusion maupun localized, Vasco da Gama tetap merupakan bastion yang mempertahankan keaslian kuliner Portugis.

Terus terang, secara penampilan masakan Portugis tidaklah menarik. Kebanyakan hidangan utamanya (menu principal = main course) disajikan secara kaserol – mirip pastel tutup. Dari luar hanya tampak seperti kentang ongklok panggang, setelah dibelah baru tampak isinya.

Entradas (appetizers)-nya cukup menarik. Ada pimentos asados (paprika panggang, USD 5), salmao fumado com queijo feta (salmon asap dengan keju feta, USD 9), dan salado de frango com ananas (chicken salad dengan nanas, USD 5).

Di bagian sopas (soup) terbaca: canja de galinha (sop ayam Porto, USD 4), gazpacho andaluz (sop sayuran dingin, favorit saya, USD 4), sopa de feijao verde (sop kacang hijau, mirip Dutch greenpeas soup atau erwtensoep, USD 4).

Saya memesan menu principal (main course) yang paling favorit, yaitu bacalhau a carmelita (dimasak dengan tomat, bawang bombai, dan gandum, USD 10). Pilihan lainnya adalah bacalhau com natas (dimasak dengan krim), beringelas estufadas (semur terong), caril de frango (kari ayam), lulas recheadas servidas com pure de batata (cumi bakar diisi bubur ubi jalar), atau lasanha de cogumelos (lasagna jamur). Orang Portugis memang jarang makan daging sapi, karena itu tidak tampak masakan daging sapi di menu.

Bagaimana rasanya? Ya, asin, tentu saja. Sekalipun ikan asin kering yang disebut bacalhau itu sudah direndam lama dalam air dingin, tetap saja masih terasa asinnya, dengan tekstur yang flaky.

Vasco da Gama
Rua Governador Caesar Maria Serpa 39
Dili, Timor Leste
+670 7231803

0 comments:

Post a Comment

 
Photography Templates | Slideshow Software