Wednesday, February 1, 2012

Blekuthak Hitam Top Markotop

Nasi jamblang adalah sajian khas Cirebon yang selalu dirindukan penggemarnya. Jamblang adalah nama sebuah desa di sebelah Barat Kota Cirebon. Di desa ini dulu ada seorang penjual makanan yang membungkus nasinya dengan daun jati agar tidak cepat basi. Lauknya sederhana: sambal goreng yang sungguh lezat, dengan berbagai masakan rumahan sederhana.

Bungkus daun jati kemudian menjadi default bagi sajian khas Cirebon ini. Herannya, tidak semua daun jati dapat dipakai sebagai pembungkus. Soalnya, daun jati dari daerah lain justru membuat nasi yang dibungkus berwarna semu kemerahan. Nasinya juga harus dingin dulu sebelum dibungkus. Bahkan, di warung-warung, bila nasinya tidak dibungkus, daun jati dipakai sebagai pengalas piring.

Pak Subur, yang membuka warung nasi jamblang di Jakarta, terpaksa mengalasi piring dengan daun pisang. Bila ada pesanan berskala besar yang mewajibkan penggunaan daun jati, Pak Subur harus "terbang" ke Cirebon untuk mencari daun jati.

Warungnya sendiri sangat kecil dan sederhana. Tidak ada tempat parkir untuk mobil. Kalau saya ke situ, biasanya saya parkir di Kantor Pos, dan menyeberang dengan jembatan penyeberangan. Jangan datang kesiangan, karena biasanya sekitar pukul 13 siang saja lauknya sudah tidak lengkap lagi.

Bagi saya – begitu juga teman-teman di Komunitas Jalansutra – Warung Pak Subur adalah nasi jamblang terbaik di Jakarta. Bagi saya, Pak Subur bahkan setara dengan nasi jamblang terbaik di dekat pintu masuk Pelabuhan Cirebon. Ciri utama nasi jamblang adalah sambal gorengnya yang istimewa. Beberapa penjual mencampur sambal gorengnya dengan hati atau daging sapi. Top markotop!

Dari semua lauk yang tersedia – tidak jarang sampai lebih dari 30 jenis, disajikan dalam cambung-cambung tertata berderet di meja – yang paling khas adalah blekuthak. Ini adalah semacam cumi-cumi yang bentuk tubuhnya tambun, dan dagingnya lebih kenyal. Dimasak dengan tinta hitamnya, blekuthak dengan nasi dan sambal goreng saja sudah membuat kita melayang di langit ke-sembilan.

Lauk lain yang harus dicoba adalah sayur daun singkong, perkedel, ikan tongkol masak pedas, ayam goreng, peyek udang, dan tempe orek. Pak Subur biasanya menyediakan sekitar 20 lauk setiap hari. Selalu berganti-ganti, sehingga kita selalu punya alasan untuk datang beberapa kali agar dapat lengkap mencicipi semua masakan berkualitas dengan harga murah meriah. Porsi Rp 10 ribu (nasi + blekuthak + sambal goreng) saja sudah cukup memuaskan. Apalagi kalau Anda siap membayar Rp 15-20 ribu. Pasti, kenyang pollll!

Sega jamblang, dimasak nganggo brambang. Abang bercambang, adik mabuk kepayang. He he he...

dikutip : detik.com

0 comments:

Post a Comment

 
Photography Templates | Slideshow Software