Thursday, December 15, 2011

Soto Tangkar & Sate Kuah Aneka Sari H. Diding

Sekarang, dengan wafatnya Haji Diding, soto Tangkar dan sate kuah daging sampi H. Diding yang termahsyur tersebar dalam tiga unit di Jakarta, dan di tangan sepasukan penjual keliling. Tapi, apabila Anda bersikeras ingin pergi ke pusatnya, yang sekarang dikelola oleh dua anak H. Diding—H. Yayat dan H. Tatang—diperlukan tak hanya rasa lapar, tapi juga tekad kuat.

Pasalnya, rumah makan sempit berusia 49 tahun itu terletak di Pasar Pagi Lama, sebuah area yang penuh sesak oleh los-los pedagang yang mengaburkan semua tujuan dan dikenal sebagai daerah supermacet. Ada baiknya kita datang dengan taksi, motor atau ojek—atau rela jalan kaki setelah meninggalkan mobil di kejauhan. 12BET

Rahasianya? Sentuhan Pak Murdi, tentunya. Sebagai penerima mandat penerus oleh keluarga H. Diding, ialah yang setiap hari berdiri di balik meja kerja yang legendaris itu sembari meracik sate kuah. Kita tahu sejarahnya: tadinya H. Diding hanya menjual soto Tangkar. Lalu ia iseng-iseng membuat sate dari sisa daging yang dibumbui manis dan dibakar agak gosong, yang kemudian ia siram dengan kuah soto Tangkar lengkap dengan iringan tomat, daun bawang dan kentang gorengnya. Ia menyebutnya ‘sate kuah’. Ternyata laku keras dan menjadi andalan warung sampai sekarang.

Bagaimana dengan soto Tangkarnya? Setiap mangkuk hadir diperkuat oleh potongan-potongan sate sapi yang dilepaskan dari tusuknya. Bagian daging yang telah direbus terlebih dahulu biasanya diambil dari jeroannya, sementara satenya diambil dari bagian paha.

Dikutip dari: VIVAnews.com

0 comments:

Post a Comment

 
Photography Templates | Slideshow Software