Monday, January 2, 2012

Kantung Sperma Ikan Cod di Tatemukai



Jakarta - Masayuki Tatemukai adalah seorang chef dari jepang yang sudah lama tinggal di Indonesia. Semula ia bekerja di Kinokawa, Menara Thamrin. Kemudian ia pulang ke Jepang. Para pelanggannya pun protes karena kehilangan sentuhan istimewa Tate-san yang memang teramat piawai. Tate-san pun kembali ke Indonesia, lalu membuka restorannya sendiri di Grand Indonesia. Seperti para chef Jepang lain yang sudah punya nama harum, Tate-san pun langsung menamai restoran barunya itu dengan namanya sendiri.

Dari luar, restoran ini tampak tertutup rapat. Misterius! Interior yang didominasi kayu dan batu alam menampilkan aura Zen. Hanya ada beberapa kursi tinggi – seperti kursi bar – menghadap meja tinggi yang juga mirip meja bar. Di balik meja itulah Tate-san dan para chef Tatemukai menyiapkan sajian untuk para tamunya.

Jangan mengharap akan mendapat buku menu di restoran ini. Tatemukai yang hanya menerima tamu berdasarkan pesanan tempat ini menyajikan masakannya secara omakase (artinya: it's up to you). Chef akan memasak apa saja, dan para tamu tinggal duduk manis menerima semua masakan yang disajikan. Untuk restoran eksklusif seperti ini, para tamu pun agaknya merasa tidak perlu tahu berapa harga sajian.

Sekarang, karena jenis ikan yang biasanya diimpor dari jepang menurun drastis sejak tsunami, harga sajian Tatemukai adalah Rp 600-800 ribu per orang. Sebelum tsunami, harganya mencapai Rp 1,5 juta per orang – tergantung jenis ikan yang ada. Di saat itu, salah satu sajian istimewa Tatemukai adalah shirako alias cod milt, yaitu kantung sperma ikan cod. Tidak perlu Andrew Zimmern dari Bizarre Food untuk menyantap shirako ini. Beberapa petinggi detikcom pun ternyata sudah tercatat sebagai penyuka sajian unik ini.

Omakase di Tatemukai adalah suguhan mbanyu mili (sajian yang terus mengalir) antara 10-12 sajian selama sekitar satu jam. Pertama, edamame (kedelai rebus) disuguhkan sebagai hidangan pembuka. Sambil menikmati edamame, Chef Surya langsung beraksi mengiris tuna segar dan menyajikannya sebagai sashimi. Uniknya, irisan tuna segar ini sudah diberi kondimen dari miso (tauco Jepang) dan minyak wijen, sehingga tidak perlu lagi dicocol dengan campuran kecap asin dan wasabi.

Untuk sajian nomor tiga, Chef Surya meningkatkan aksinya. Ia membuat salmon sushi, lalu dengan besi panas memanggang bagian atas salmon. Mak nyuss! Dari sisi lain, chef lain ternyata menyiapkan tuna tataki yang ditata di atas mangkuk berisi pecahan es. Irisan tuna tataki ini diaduk dengan potongan julienne jahe muda dan kyuri (timun Jepang).

Dengan cepat hidangan nomor lima disiapkan di depan tamu. Kali ini adalah wagyu sushi yang kemudian di-panseared sebentar agar wagyu-nya mencapai tingkat kematangan medium. Hidangan nomor enam menyusul dari sisi lain. Ini adalah daging sapi dan udang dicincang, lalu dibentuk seperti shrimp cake dibungkus nori. Oishi-ne! Mak nyuss!

Hidangan nomor tujuh adalah shimeji (salah satu jenis jamur) digulung dalam selembar wagyu, lalu di-panfried. Perpaduan dua bahan yang menghasilkan tekstur dan citarasa sangat unik. Disusul dengan hidangan nomor delapan yang juga muncul dari sisi lain. Saya sungguh terkesan dengan sajian ini. Kalau boleh saya beri nama secara ngawur, sajian ini saya beri nama chawanmushi mentah. Memang itulah kenyataannya. Telur ayam mentah dengan kaldu ayam dan potongan udang, dikukus satu menit saja. Mak legendher!

Sajian nomor sembilan dan sepuluh dihadirkan bareng. Ebi furai (tempura udang) dan tuna maki yang digoreng tepung. Yang terakhir ini sungguh unik dan istimewa, disajikan dengan mayones. Ensemble kuliner ini ditutup dengan grilled sanma (ikan bakar) dan salmon-avocado sushi.

Sebetulnya masih ada satu suguhan lagi, yaitu pilihan soba atau ramen atau udon – persis seperti Chinese banquette yang menghadirkan karbohidrat di bagian paling akhir. Tetapi, karena saya sudah terlalu kenyang, maka sajian terakhir ini terpaksa saya relakan untuk lewat. Konon, banyak tamu yang bahkan masih melanjutkan omakase setelah sajian karbohidrat itu saking terpukaunya oleh sajian Tatemukai yang memang istimewa itu.

Pencuci mulutnya adalah kue moci dari macha (teh hijau), dan greentea shaved ice. Sungguh, satu jam yang berlalu dengan cepat dalam sihir Tatemukai yang memukau.

Really, it's more than a meal. It's an extraordinary dining experience.

Tatemukai
by reservation only
Grand Indonesia
Lantai 3A, Unit FD-1-02
Jl. M.H. Thamrin1
Jakarta Pusat
021 2358 1807



Bondan Winarno - detikFood

0 comments:

Post a Comment

 
Photography Templates | Slideshow Software